Rata-rata keluarga di Indonesia memiliki TV di rumah. TV memang jadi sarana hiburan paling terjangkau yang dapat dinikmati hampir semua kalangan. Namun, bagaimana jika bayi nonton TV, apakah boleh atau justru bisa berdampak buruk? Tak sedikit orang tua yang merasa terbantu dengan kehadiran TV di ruang keluarga, anak-anak bisa duduk anteng sementara Ayah dan Bunda bisa menyelesaikan pekerjaan lainnya. Terlebih lagi, saat ini sudah banyak tersedia pilihan program acara edukasi atau tontonan yang dirancang khusus untuk anak-anak. Di sisi lain, sebagian orang tua memilih membatasi akses anak-anak, terutama yang masih bayi, terhadap tayangan TV. Hal ini dilakukan karena para orang tua tersebut meyakini bahwa TV dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan si kecil. Benarkah Bayi Nonton TV Itu Berbahaya? Dampak Buruk Bayi Nonton TV Minimal Usia Berapa Bayi Nonton TV? Aturan Nonton TV dan Screen Time untuk Anak-Anak Benarkah Bayi Nonton TV Itu Berbahaya? Membiasakan anak-anak menonton tayangan TV memang kerap jadi perdebatan di kalangan orang tua. Sebagian merasa itu adalah tindakan yang tidak bijak, sebagian lagi merasa anak bisa belajar banyak hal dari tontonannya. Lantas, mana tindakan yang tepat sebagai orang tua? Tahukah Bunda, banyak dokter memang tidak merekomendasikan anak-anak menonton TV atau menggunakan perangkat seluler pada usia yang terlalu dini. Akan tetapi, faktanya, survei yang dilakukan American Academy of Pediatrics AAP menemukan bahwa lebih dari 92 persen bayi berusia 1 tahun telah menggunakan perangkat seluler, bahkan sebagian di antaranya sudah mulai diperkenalkan sejak usia 4 bulan. Banyak orang tua memberikan tontonan kepada anak, baik melalui TV maupun gadget lainnya, dengan dalih sebagai sarana hiburan sekaligus edukasi. Lagi pula, si kecil tampak menyukainya, demikian alasan yang kerap dikemukakan. Jika Bunda amati, bayi mungkin terlihat menatap warna-warna cerah dan gerakan di layar. Namun nyatanya, otak mereka tidak mampu memahami atau mengartikan semua gambar itu. Saat berusia 18 bulan, barulah otak bayi yang sedang berkembang bisa memahami gambar atau simbol di layar kaca, kemudian anak mampu membandingkan dengan benda-benda serupa di kehidupan nyata. Adapun bagi bayi di bawah usia 18 bulan, kemampuan tersebut belum ia miliki. Sehingga, bayi akan menafsirkan apa yang ia lihat di TV sebagai kehidupan nyata. Ketika masih di bawah 2 tahun, sebenarnya yang paling dibutuhkan bayi adalah interaksi dengan Ayah dan Bunda serta orang-orang di sekitarnya. Ia belajar banyak hal dari interaksi langsung dan berbagai aktivitas yang melatih kemampuan motorik kasar maupun motorik halusnya. Jika bayi yang belum cukup umur sudah terpapar TV atau gadget, penelitian menunjukan bahwa hal tersebut akan memberi dampak buruk. Beberapa efek negatifnya termasuk mengganggu perkembangan bahasa anak, keterampilan membaca, dan memengaruhi memori jangka pendeknya. Bayi nonton TV juga menyebabkan gangguan tidur dan kesulitan untuk fokus. Berikut ini berbagai dampak buruk TV bagi bayi yang tidak bisa Bunda abaikan. 1. Memengaruhi Perkembangan Otak Bayi Sebuah penelitian tahun 2019 mencoba mengamati hubungan antara durasi screen time anak dengan perkembangan otaknya. Studi tersebut mengamati 47 anak sehat yang berusia 3 hingga 5 tahun, yang melihat layar lebih dari 1 jam sehari. Hasilnya, ternyata anak-anak tersebut memiliki ukuran yang lebih rendah dari organisasi mikrostruktur dan mielinisasi saluran materi putih otak yang mendukung bahasa dan keterampilan literasi. 2. Menyebabkan Keterlambatan Bicara Masih sejalan dengan penelitian di atas, studi ilmiah yang dipublikasikan pada tahun 2017 menemukan bahwa screen time terkait dengan keterlambatan bicara pada balita. Semakin sering bayi menonton, maka semakin besar risikonya ia mengalami keterlambatan bicara. Coba Bunda bayangkan suatu kondisi di mana TV di rumah dibiarkan menyala begitu saja, biasanya orang tua dan anak cenderung lebih sedikit berbicara dan berinteraksi bahkan ketika TV tidak ditonton secara langsung sekalipun. 3. Memengaruhi Durasi dan Kualitas Tidur Bayi AAP menyatakan bahwa peningkatan penggunaan paparan media digital pada anak usia dini dikaitkan dengan kurangnya waktu tidur di malam hari. Selain itu, bayi yang terpapar konten visual atau media digital di malam hari memiliki durasi tidur yang lebih pendek jika dibandingkan dengan bayi yang tidak terpapar layar di malam hari. Artikel terkait Mengapa Anak Tidak Boleh Nonton TV Terlalu Lama? 4. Menurunkan Kemampuan Anak untuk Fokus Anak-anak perlu belajar bagaimana berkonsentrasi dan fokus. Kemampuan ini mulai berkembang selama tahun-tahun awal kehidupan bayi ketika otaknya lebih sensitif terhadap lingkungan sekitar. Agar otak berkembang dan tumbuh, diperlukan rangsangan dari dunia luar. Lebih penting lagi, bayi membutuhkan waktu untuk memproses rangsangan tersebut. Misalnya saat membacakan buku cerita dengan suara keras, akan memberi anak-anak waktu untuk memproses kata-kata, gambar, dan suara. Hal tersebut tidak terjadi ketika bayi menonton TV. Gambar dan pesan yang ditampilkan di layar kaca secara konstan memengaruhi rentang perhatian dan fokus anak. 5. Menghambat Imajinasi dan Motivasi Anak-anak perlu belajar bagaimana mengatasi frustrasi dan mengendalikan impuls mereka. Namun, jika anak kecil terus-menerus dirangsang oleh layar, mereka lupa bagaimana mengandalkan diri sendiri atau orang lain untuk hiburan. Mereka begitu terpaku pada layar TV. Hal ini bisa menyebabkan frustrasi dan menghambat imajinasi dan motivasi. 6. Dampak Lain Bayi Nonton TV, Berkurangnya Empati Penelitian menunjukkan bahwa pararan TV dan gadget menghambat kemampuan anak kecil untuk memahami ekspresi wajah dan mempelajari keterampilan sosial. Padahal, dua hal tersebut merupakan faktor utama yang diperlukan anak untuk mengembangkan empati. Interaksi tatap muka adalah satu-satunya cara anak kecil belajar memahami isyarat nonverbal dan menafsirkannya. Itulah mengapa, lebih penting bagi bayi untuk berinteraksi langsung dengan orang sekitar alih-alih duduk anteng di depan TV. Minimal Usia Berapa Bayi Nonton TV? AAP merekomendasikan anak di bawah 18 bulan agar tidak perlu diberi tontonan atau konten visual, baik melalui TV maupun gadget. Si kecil baru bisa disuguhkan tontonan edukatif saat usianya telah mencapai 18 bulan. Berikut ini pedoman screen time untuk anak-anak yang perlu Bunda ketahui dan terapkan Sampai usia 18 bulan, batasi screen time hanya untuk video call dengan orang dewasa, misalnya dengan orang tua atau kakek-neneknya yang berada di luar kota. Antara 18 dan 24 bulan, screen time perlu dibatasi dan anak hanya disuguhkan program atau konten edukatif dengan didampingi orang tua atau pengasuh. Untuk anak usia 2-5 tahun, batasi screen time untuk konten non-edukasi baik melalui TV maupun gadget sekitar 1 jam per hari dan 3 jam pada hari-hari libur atau akhir pekan. Untuk usia 6 tahun ke atas, dorong kebiasaan sehat dan batasi aktivitas di depan layar. Matikan semua layar TV dan gadget saat makan dan jalan-jalan keluarga. Pelajari dan gunakan aplikasi kontrol orang tua. Hindari menggunakan TV dan gadget sebagai alat untuk menenangkan anak saat ia sedang tantrum. Matikan layar TV dan gadget paling lambat 30-60 menit sebelum tidur. Jangan meletakkan TV maupun gadget di kamar tidur anak. Artikel terkait Hati-hati, ini 7 tanda anak kecanduan menonton TV Aturan Nonton TV dan Screen Time untuk Anak-Anak Nah, jika si kecil sudah cukup umur untuk menikmati tayangan TV, tentu tetap ada aturan dan batasan yang perlu diterapkan. Menonton TV bisa memberikan banyak hal positif untuk anak, selama Ayah dan Bunda menerapkan beberapa hal berikut ini Suguhkan tontonan yang sesuai usia anak, kemudian diskusikan dengan anak tentang apa yang mereka lihat di layar kaca. Tunjukkan perilaku yang baik, seperti kerja sama, persahabatan, dan kepedulian terhadap orang Lewati tayangan iklan, anak di bawah 6 tahun tidak memahami perbedaan antara acara dan iklan, hal itu memengaruhi pilihan atau preferensi anak. Berikan contoh yang baik dengan kebiasaan screen time yang aman dan sehat. Dorong anak untuk mempelajari aktivitas lain seperti olahraga, musik, seni, dan hobi yang tidak melibatkan TV dan gadget. Sedangkan untuk bayi di bawah 18 bulan, lakukan aktivitas seru yang bisa merangsang kreativitas dan antusiasme si kecil, misalnya seperti Membaca buku atau dongeng bersama Ayah dan Bunda. Main petak umpet dengan objek seperti boneka binatang. Main cilukba di depan cermin. Bermain di taman dan biarkan anak menginjak rumput tanpa alas kaki. Menari dan bernyanyi sambil menggendong si kecil. Mengunjungi kebun binatang, sebutkan jenis binatang yang berbeda sambil menunjukkannya. Berjalan-jalan ke luar rumah dan tunjukkan ragam kendaraan yang berbeda kepada si kecil. Jadi, bayi nonton TV tidak direkomendasikan, ya, Bunda. Adapun untuk balita di atas 18 bulan dan anak-anak yang lebih besar, konsumsi konten visual dari TV maupun gadget perlu tetap dibatasi. Baca juga Meniru adegan film kartun, bocah ini terjatuh dari apartemen hingga tewas 5 Trik menyiasati kecanduan TV pada anak Inilah Keajaiban No Screen Time di 2 Tahun Pertama Kehidupan Anakku Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
- Jerawat memang menyebalkan dan membuat penampilan tak sedap dipandang. Hasilnya, kepercayaan diri pun bisa menurun. Itulah yang membuat banyak orang terobsesi untuk menghilangkan jerawat dengan cepat, sehingga rela melakukan berbagai cara, termasuk tips-tips di media sosial yang belum terbukti jika mencoba membasmi jerawat dengan cara yang belum terbukti keefektifannya, bisa saja kondisi kulit kita malah makin memburuk. Karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui hal apa saja yang sebaiknya tidak dilakukan saat kulit berjerawat. Baca juga 7 Tips Mencegah Jerawat dengan Mudah di Rumah Jangan mengoleskan pasta gigi ke jerawat Meski pasta gigi modern mengandung beberapa bahan seperti alkohol atau baking soda yang dpaat membantu mengeringkan jerawat, produk ini juga bisa mengandung bahan yang seharusnya tidak diaplikasikan pada kulit dari Cleveland Clinic Shilpi Khetarpal, MD pun memperingatkan bahwa menggunakan pasta gigi untuk mengobati jerawat berpotensi mengiritasi kulit. Jangan mengaplikasikan aspirin bubuk ke jerawat Ada beberapa orang yang meyakini bahwa menghancurkan aspirin lalu memberinya beberapa tetes air dan menepuk-nepukannya ke jerawat merupakan solusi tepat. Memang, bahan aktif dalam aspirin, asam asetilsalisilat, mirip dengan asam salisilat yang biasa dijadikan obat jerawat. Namun menurut pedoman pengobatan jerawat yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Dermatology, bukti klinis bahwa asam asetilsalisilat efektif untuk mengobati jerawat masih sedikit. “Banyak dokter kulit menemukan bahwa itu hanya mengeringkan kulit tanpa memberi banyak manfaat,” kata Dr. Khetarpal. Baca juga Mengenali Pemicu Jerawat dan Bahan Penting untuk Mengatasinya
JAKARTA, - TV layar datar adalah salah satu jenis televisi terkini yang merupakan pengembangan dari sebuah televisi. Berbentuk ramping dengan kualitas gambar yang tajam adalah sebagian dari ciri TV layar datar, seperti TV LCD, LED TV, OLED, Plasma, dan dengan TV tabung yang hanya bisa diletakkan di sebuah tempat datar pada sebuah meja, rak, dan sebagainya, TV layar datar memiliki dua pilihan peletakan atau penempatan. Baca juga Apa Itu Smart TV dan Keuntungannya? Simak Penjelasannya Ini Ketika kamu memiliki TV layar datar, entah apapun jenis dan mereknya, kamu bisa memasangnya di dinding atau meletakkan di meja atau rak TV dan sebagainya. Tapi, dari 2 cara peletakkan TV LED tersebut, sebenarnya mana yang paling baik untuk diterapkan? Apakah ada keunggulan dari masing-masing cara menempatkannya? Dilansir dari beberapa sumber, Jumat 5/3/2021, berikut ini beberapa kelebihan dalam meletakkan TV layar datar, baik itu dipasang di dinding maupun diletakkan di meja. Kelebihan memasang TV layar datar di dinding 1. Membuat ruangan bisa terlihat lebih luas Saat menempatkan TV layar datarmu ke dinding sebuah ruangan, hal tersebut membuat ruangannya jadi terlihat lebih rapi dan luas. Baca juga 5 Cara Berbeda untuk Menempatkan TV di Hunian Biasanya memasang TV layar datar ke dinding adalah pilihan yang perlu dilakukan pada ruang yang terbatas atau sempit. 2. Menjauhkan risiko terjatuh Karena ramping, TV layar datar rata-rata tidak terlalu berat, sehingga mudah tergeser apabila mendapat tekanan yang begitu kuat saat diletakkan di meja. Jika di rumahmu ada anak kecil yang senang bermain dan mengotak atik TV layar datarmu, maka memasangnya di dinding adalah pilihan yang lebih aman untuk menjauhkan risiko terjatuh. Tapi, perlu kamu perhatikan, apabila ukuran layar TV mu lebih dari 60 inci, maka sebaiknya tidak menempatkan lebih dari 1 meter di atas lantai. 3. Layar TV bisa di lihat dari sudut manapun Alasan mengapa banyak orang meletakkan TV layar mereka di dinding adalah bisa dilihat dari sudut manapun, tanpa akan mengurangi kualitas gambarnya. Kelebihan meletakkan TV layar datar di atas mejaApabila kamu lebih menyukai meletakkan TV layar datarmu menggunakan meja atau rak sebagai alasnya, ada juga beberapa kelebihan yang akan membantu menonjolkan konsep ruangan. Baca juga Cara Membuat TV Biasa Menjadi Smart TV 4. Ketinggian TV bisa diatur Saat akan memasang TV layar datarmu ke sebuah dinding, kamu bisa mengatur ketinggiannya yang kamu inginkan yang bisa membuatmu merasa nyaman saat menonton. Berikut ini beberapa keunggulan meletakkan TV layar datar di atas meja ataupun rak dan sebagai. 1. Membuatnya terlihat lebih anggun dan gagah Saat diletakkan di atas meja, kamu akan melihat TV layar datar milikmu berdiri dengan kokoh, terlebih warna TV dan mejanya sangat kontras. Selain akan memperlihat kegagahan dari tampilan TV, hal itu juga akan mempertegas konsep ruangan yang ingin kamu ciptakan. Baca juga 4 Permasalahan Umum pada TV LED, Apa Saja? 2. Lebih tahan lama Kamu tentu ingin TV layar datarmu berumur lebih panjang dari perkiraan pabrikannya bukan? Memasang TV layar datar di atas meja akan membuat TV lebih tahan lama dari pada dipasang pada dinding, karena suhu panas yang keluar dari bagian belakang TV bisa mengalir secara bebas. 3. Mudah dipindahkan Karena tidak perlu menempelkan baut pengencang, TV yang diletakkan di meja lebih mudah untuk dipindahkan ke beberapa tempat yang kamu inginkan, sehingga fleksibel. Ketika TV layar datar milikmu diletakkan di meja, kamu tidak perlu cape-cape membongkar bracket atau penyangga TV layar datar di dinding yang bisa memakan waktu dan merusak dinding. 4. Mempermudah penyimpanan perangkat pendukung TV layar datar yang diletakkan ke meja juga memberimu ruang di sekitar dan di bawahnya untuk digunakan sebagai penyimpanan. Jika kamu memiliki banyak perangkat lain, atau koleksi media yang besar, meja atau dudukan TV memberimu tempat untuk meletakkan segala sesuatu di dekat TV, dan juga dapat menyembunyikan kabel yang berantakan di belakangnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
QP6X.