KasihNya kepada manusia yang tak terbatas pasti akan menyadarkan orang percaya betapa kita harus bersyukur selalu kepada-Nya. Dan untuk mengajarkan mengenai kasih Tuhan kepada anak-anak, cerita-cerita rohani yang akan kami bagikan di bawah ini bisa menjadi salah satu referensi yang baik. Anda bisa menyimak pembahasan lengkapnya di bawah ini.
“Ahh, kasih lagi, kasih lagi!” Demikian kira-kira sebuah respon yang diungkapkan oleh seorang anggota jemaat tatkala mendengarkan kotbah tentang mengasihi, dalam kebaktian yang dihadirinya. Apa yang ada di balik ungkapannya itu? Tentu bisa aneka macam, bisa karena bosan, bisa karena ia kecewa, kesal atau hal-hal lain. Tidak perlu dinilai negatif ungkapan itu, biasa saja. Aneka sebab di balik ungkapan tersebut, entah bosan, kecewa, kesal atau hal lainnya, semuanya menunjukkan betapa terbatasnya kita sebagai manusia. Kita, manusia adalah mahkluk yang bisa bosan, kecewa, atau kesal bukan? Sebagai manusia yang terbatas, mungkinkah kita, mengasihi tanpa batas? Adalah fakta yang sering kita jumpai bahwa dengan alasan kita adalah manusia yang terbatas, kita sering mendirikan batas-batas bagi perbuatan baik kita. Mungkinkah kita berbuat baik secara terus menerus kepada orang yang sama? Bukankah acapkali kita sering merasa bosan, dan berhenti membantu jika orang yang kita beri bantuan tersebut ternyata tidak cukup sekali, dua kali atau tiga kali meminta untuk dibantu? Bukankah, banyak orang juga kemudian akan menjadi marah dan berhenti untuk memaafkan, jika ternyata ia merasa dikhianati, ditipu, atau dicurangi oleh seseorang dan berkali-kali? Jika untuk berbuat baik bagi mereka yang sekeluarga saja sulit, bukankah wajar jika banyak orang juga amat sulit untuk berbagi kebaikan bagi orang-orang yang berbeda golongan, agama, atau suku dengannya? Karena itu, mengasihi tanpa batas mungkin akan terlalu sulit jika tidak bisa dibilang mustahil bukan? Namun jangan juga terlalu terburu-buru untuk menyimpulkan demikian. Tatkala Alkitab membicarakan soal mengasihi, pertama dan terutama sesungguhnya ia berbicara tentang Allah sendiri. Allah adalah kasih, dimikian dicatat dalam surat 1 Yohanes 48. Allah mengasihi kita, manusia dengan takterbatas. Karena kasih-Nya yang takterbatas itu, maka Ia berbuat baik kepada siapa saja, bahkan yang tidak layak menerima sekalipun. Ia mengampuni kita dan menerima kita bahkan tatkala kita sendiri tidak memiliki keberaniaan untuk memintanya. Ia laksana seorang bapa dalam cerita perumpamaan anak yang hilang seperti dicatat oleh Lukas 1511-32. Bapa yang berlari-lari menjemput anaknya yang melarat dan merasa tidak layak lagi untuk pulang. Puncak dari cinta kasih Allah adalah tatkala Ia merelakan, Yesus Kristus- Putra Tunggal-Nya disalibkan untuk menanggung dosa dunia. Alkitab mengisahkan dan mewartakan uluran tangan kasih Allah yang mengharukan karena mengasihi manusia tanpa batas itu. Allah itulah kasih yang tanpa batas! Jika dalam Yohanes 1334,Tuhan Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk mengasihi, Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk menggunakan kasih dari Allah yang sering disebut dengan agape, bukan dari manusia. Kasih manusia amat terbatas bahkan menuntut syarat-syarat, sementara kasih Allah takterbatas dan tanpa syarat. Jadi, jika kita berusaha memenuhi perintah Kristus dengan kasih manusia, maka hal itu adalah sulit bahkan mustahil, karena itu jangan menggunakan kasih manusia melainkan gunakanlah kasih Allah. Bukankah sebagai murid-murid Kristus, kita semua sudah menerima cinta kasih Allah? Jika kita sudah menerima, bukankah kita telah memilikinya? Marilah kita berusaha membagikannya, karena kita hanya bisa memberi dari apa yang kita miliki. Penulis Pdt. David Sudarto GKI Gunung Sahari Ilustrasi woodams SELISIP berarti sisipan. Media ini meyakini kehadirannya mampu menyelisip di tengah derasnya arus informasi di masyarakat. View all posts
f39Iz.